PERBANDINGAN KONSEPSI TENTANG NIRWANA DAN SURGA ( Seri Kajian Sejarah Alternatif )
Sebuah
kajian singkat ajaran agama kuno “ Surayana” agama yang ada sebelum
Hindu, Budha, Islam, Kristen, Paganisme Yunani, Romawi, Serta Agama
–agama yang dianut oleh Mesir Kuno dan Mesopotamia berkembang di bumi
ini.
Ajaran surayana diperkirakan berkembang sekitar 30.000 SM –
15.000 SM dan di bawa oleh Prabu Shindu raja dari kerajaan Buana Atalan
yang sekarang bernama Banten dan di anut oleh para Karuhun Nusantara
kita.
Dalam kajian ini kita akan membahas salah satu topic mengenai Nirwana.
Saat
ini banyak salah kaprah orang – orang yang memahami Nirwana sebagai
sebuah Surga. Padahal makna dari Nirwana agak berbeda secara konsepsi
kalau di bandingkan dengan Surga. Kata Surga di Indonesia merupakan
terjemahan dari Kata “ Jannah “ pada Bahasa Arab. Yang kalau kita
perhatikan dalam kitab suci Qur’an adalah sebuah tempat hidup yang penuh
kesenangan dan kenyaman setelah kematian. Dan sering di ceritakan bahwa
banyak sungai – sungai mengalir di bawahnya, dengan bidadari serta
bermacam – macam keindahan yang kelak akan dinikmati oleh penghuninya
secara abadi dan kekal.
Nah, lantas apa sesungguhnya Nirwana?
Sebelum kita membahas lebih lanjut marilah kita telisik lebih dahulu
keadaan wilayah nusantara sekitar 30.000 SM – 15.000 SM adalah sebuah
tempat yang sangat subur, air melimpah ruah, sejuk, hujan dan panas
silih berganti, tanaman apapun dapat tumbuh dengan mudah, darat dan
lautnya kaya dan sebagainya. Dengan demikian hidup senang dan nyaman
dikelilingi air melimpah ruah dan tanah subur dan makmur sudah menjadi
bagian dari keseharian para karuhun nusantara kala itu, sehingga para
karuhun nusantara kemudian mencari tahap pemikiran selanjutnya yaitu
membangun “ Hidup Terhormat “ . Mengapa? Karena mereka telah mendapat
kan semua kenikmatan dan kemakmuran tersebut di dunia. Dan apa itu “
Hidup Terhormat “ ? adalah sebuah konsepsi yang dikenal dengan konsepsi
Su – Raga atau Suraga yaitu konsepsi dimana Raga adalah cerminan dari
kehormatan, diri kita adalah sebuah kehormatan.
Untuk mencapai Su –
Raga maka seseorang harus mencapai kehidupan Nir – Wana ( Nir – Tidak,
Wana = Hutan Belantara ) yaitu segala hal tentang hal ikhwal duniawi.
Sehingga memang pada akhirnya para karuhun nusantara tidak lagi mencari
kehidupan yang nyaman dan bersenang – senang selamanya setelah mati
melainkan mencari hidup terhormat selamanya. Bagi para karuhun nusantara
, terhormat, kehormatan, penghormatan, hormat adalah sikap dan sifat
yang dijunjung tinggi hingga siapapun pelakunya dapat menjadi panutan
(contoh nyata) yang dapat dibuktikan langsung. Artinya, bagi siapapun
yang ingin terhormat dan dihormati maka diharuskan membuktikan
keterhormatan itu secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sebab 'Su -
Raga adalah CERMIN yang tidak dapat terkelabui.
Disinilah
terjadi perbedaan konsepsi antara Jannah , Surga dan Nirwana. Dalam
konsepsi Jannah, ada sebuah pengertian tentang sebuah tempat yang
dijanjikan, sebuah tempat yang indah dan penuh kenyamanan. Mengapa?
Kemungkinan adalah karena lahirnya konsepsi Jannah pada waktu itu
pertama kali muncul di sebuah tempat yang gersang, tandus dan keras
sehingga sulit sekali bagi manusia – manusia di tempat itu seperti
Jazirah arab sekitarnya untuk menemukan keindahan dan kenikmatan seperti
yang di dapatkan oleh para karuhun nusantara di bumi nusantara. Oleh
sebab itu konsepsi agama – agama monoteis yang berasal dari Timur Tengah
( Islam, Nasrani, dan Yahudi ) dan agama – agama kuno yang pernah
berkembang di Timur Tengah seperti Majusi di Persia lebih kurang
memiliki beberapa persamaan tentang konsepsi tentang kehidupan penuh
kenyaman dan kenikmatan selamanya setelah mati.
Mungkin inilah
mengapa dalam Islam ada yang disebut sebagai Mati Syahid sebagai
Syuhada. Artinya inilah penggambaran akan kehormatan dan hidup terhormat
selamanya dalam Islam. Konsepsi syahid inilah yang mampu melampaui
konsepsi segala bentuk kenikmatan dan kenyamanan hidup selamanya setelah
mati.
Demikianlah ulasan ini saya buat agar kita dapat lebih
memahami cita – cita para leluhur nusantara yang telah meletakan pondasi
dan sendi kehidupan di bumi nusantara ini yang pada kenyataannya telah
di lupakan oleh banyak dari kita bangsa Indonesia yang hingga sekarang
tidak pernah paham akan akar dan asal – usulnya yang berusia lebih tua
dari peradaban Mesir Kuno dan Mesopotamia. Akar asli kita apapun agama
kita adalah di akar nusantara yaitu akar yang menjadi raga sebagai
cerminan dari kehormatan diri.
Bangsa Iran, China, Jerman adalah
beberapa bangsa yang paham tentang akarnya. Bangsa Iran paham akan akar
mereka dari Persia, Bangsa China paham akan Akar Bangsa Han nya , Bangsa
Jerman paham akan akar bangsa Celtic nya dan bangsa – bangsa tersebut
sangat kuat dan maju karena mereka sangat kuat Identitasnya dan sangat
mengenal diri mereka sendiri.
Benar kata Bung Karno “
Jangan Melupakan Sejarah “ dan “ Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang
Menghargai Jasa Pahlawannya “ . Bagi saya para Karuhun nusantara adalah
pahlawan bagi peradaban di nusantara yang sering kita lupakan karena
tanpa jasa mereka, maka tidak akan ada peradaban tinggi di nusantara
ini dan mungkin kita masih tinggal di gua – gua.
No comments:
Post a Comment