Tuesday, May 20, 2014

ANTARA SURGA, JANNAH, DAN NIRWANA

PERBANDINGAN KONSEPSI TENTANG NIRWANA DAN SURGA ( Seri Kajian Sejarah Alternatif )

Sebuah kajian singkat ajaran agama kuno “ Surayana” agama yang ada sebelum Hindu, Budha, Islam, Kristen, Paganisme Yunani, Romawi, Serta Agama –agama yang dianut oleh Mesir Kuno dan Mesopotamia berkembang di bumi ini.
Ajaran surayana diperkirakan berkembang sekitar 30.000 SM – 15.000 SM  dan di bawa oleh Prabu Shindu raja dari kerajaan Buana Atalan yang sekarang bernama Banten dan di anut oleh para Karuhun Nusantara kita.
Dalam kajian ini kita akan membahas salah satu topic mengenai Nirwana.
Saat ini banyak salah kaprah orang – orang yang memahami Nirwana sebagai sebuah Surga. Padahal makna dari Nirwana agak berbeda secara konsepsi kalau di bandingkan dengan Surga. Kata Surga di Indonesia merupakan terjemahan dari Kata “ Jannah “ pada Bahasa Arab. Yang kalau kita perhatikan dalam kitab suci Qur’an adalah sebuah tempat hidup yang penuh kesenangan dan kenyaman setelah kematian. Dan sering di ceritakan bahwa banyak sungai – sungai mengalir di bawahnya, dengan bidadari serta bermacam – macam keindahan yang kelak akan dinikmati oleh penghuninya secara abadi dan kekal.
Nah, lantas apa sesungguhnya Nirwana? Sebelum kita membahas lebih lanjut marilah kita telisik lebih dahulu keadaan wilayah nusantara sekitar 30.000 SM – 15.000 SM adalah sebuah tempat yang sangat subur, air melimpah ruah, sejuk, hujan dan panas silih berganti, tanaman apapun dapat tumbuh dengan mudah, darat dan lautnya kaya dan sebagainya. Dengan demikian hidup senang dan nyaman dikelilingi air melimpah ruah dan tanah subur dan makmur sudah menjadi bagian dari keseharian para karuhun nusantara kala itu, sehingga para karuhun nusantara kemudian mencari tahap pemikiran selanjutnya yaitu membangun “ Hidup  Terhormat “ . Mengapa? Karena mereka telah mendapat kan semua kenikmatan dan kemakmuran tersebut di dunia. Dan apa itu “ Hidup Terhormat “ ? adalah sebuah konsepsi yang dikenal dengan konsepsi Su – Raga atau Suraga yaitu konsepsi dimana Raga adalah cerminan dari kehormatan, diri kita adalah sebuah kehormatan.
Untuk mencapai Su – Raga maka seseorang harus mencapai kehidupan Nir – Wana ( Nir – Tidak, Wana = Hutan Belantara ) yaitu segala hal tentang hal ikhwal duniawi. Sehingga memang pada akhirnya para karuhun nusantara tidak lagi mencari kehidupan yang nyaman dan bersenang – senang   selamanya setelah mati melainkan mencari hidup terhormat selamanya. Bagi para karuhun nusantara , terhormat, kehormatan, penghormatan, hormat adalah sikap dan sifat yang dijunjung tinggi hingga siapapun pelakunya dapat menjadi panutan (contoh nyata) yang dapat dibuktikan langsung. Artinya, bagi siapapun yang ingin terhormat dan dihormati maka diharuskan membuktikan keterhormatan itu secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sebab 'Su - Raga adalah CERMIN yang tidak dapat terkelabui.

Disinilah terjadi perbedaan konsepsi antara Jannah , Surga dan Nirwana. Dalam konsepsi Jannah, ada sebuah pengertian tentang sebuah tempat yang dijanjikan, sebuah tempat yang indah dan penuh kenyamanan. Mengapa? Kemungkinan adalah karena lahirnya konsepsi Jannah pada waktu itu pertama kali muncul di sebuah tempat yang gersang, tandus dan keras sehingga sulit sekali bagi manusia – manusia di tempat itu seperti Jazirah arab sekitarnya untuk menemukan keindahan dan kenikmatan seperti yang di dapatkan oleh para karuhun nusantara  di bumi nusantara. Oleh sebab itu konsepsi agama – agama monoteis yang berasal dari Timur Tengah ( Islam, Nasrani, dan Yahudi ) dan agama – agama kuno yang pernah berkembang di Timur Tengah seperti Majusi di Persia lebih kurang memiliki beberapa persamaan tentang konsepsi tentang kehidupan penuh kenyaman dan kenikmatan selamanya setelah mati.
Mungkin inilah mengapa dalam Islam ada yang disebut sebagai Mati Syahid sebagai Syuhada. Artinya inilah penggambaran akan kehormatan dan hidup terhormat selamanya dalam Islam. Konsepsi syahid inilah yang mampu melampaui konsepsi segala bentuk kenikmatan dan kenyamanan hidup selamanya setelah mati.
Demikianlah ulasan ini saya buat agar kita dapat lebih memahami cita – cita para leluhur nusantara yang telah meletakan pondasi dan sendi kehidupan di bumi nusantara ini yang pada kenyataannya telah di lupakan oleh banyak dari kita bangsa Indonesia yang hingga sekarang tidak pernah paham akan akar  dan asal – usulnya yang berusia lebih tua dari peradaban Mesir Kuno dan Mesopotamia. Akar asli kita apapun agama kita adalah di akar nusantara yaitu akar yang menjadi raga sebagai cerminan dari kehormatan diri.
Bangsa Iran, China, Jerman adalah beberapa bangsa yang paham tentang akarnya. Bangsa Iran paham akan akar mereka dari Persia, Bangsa China paham akan Akar Bangsa Han nya , Bangsa Jerman paham akan akar bangsa Celtic nya dan bangsa – bangsa tersebut sangat kuat dan maju karena mereka sangat kuat Identitasnya dan sangat mengenal diri mereka sendiri.

Benar kata Bung Karno “ Jangan Melupakan Sejarah “ dan “ Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Jasa Pahlawannya “ . Bagi saya para Karuhun nusantara adalah pahlawan bagi peradaban di nusantara yang sering kita lupakan karena  tanpa jasa mereka, maka tidak akan ada peradaban tinggi di nusantara ini dan mungkin kita masih tinggal di gua – gua.

No comments:

Post a Comment